Kerajaan
Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Semenanjung
Malaya dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah
Indonesia.Kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Borneo,
Kepulauan Sulu, Manila (Saludung), hingga Indonesia timur, meskipun wilayah
kekuasaannya masih diperdebatkan.
Historiografi
Hanya
terdapat sedikit bukti fisik sisa-sisa Majapahit, dan sejarahnya tidak jelas.
Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan adalah Pararaton ('Kitab
Raja-raja') dalam bahasa Kawi dan Nagarakretagama dalam bahasa Jawa Kuno.
Pararaton terutama menceritakan Ken Arok (pendiri Kerajaan Singhasari) namun
juga memuat beberapa bagian pendek mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara
itu, Nagarakertagama merupakan puisi Jawa Kuno yang ditulis pada masa keemasan
Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Setelah masa itu, hal yang terjadi
tidaklah jelas. Selain itu, terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Kuno
maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.
Keakuratan
semua naskah berbahasa Jawa tersebut dipertentangkan. Tidak dapat disangkal
bahwa sumber-sumber itu memuat unsur non-historis dan mitos. Beberapa sarjana
seperti C.C. Berg menganggap semua naskah tersebut bukan catatan masa lalu,
tetapi memiliki arti supernatural dalam hal dapat mengetahui masa depan. Namun
demikian, banyak pula sarjana yang beranggapan bahwa garis besar sumber-sumber
tersebut dapat diterima karena sejalan dengan catatan sejarah dari Tiongkok,
khususnya daftar penguasa dan keadaan kerajaan yang tampak cukup pasti.
Sejarah
Berdirinya Majapahit
Sesudah
Singhasari mengusir Sriwijaya dari Jawa secara keseluruhan pada tahun 1290,
Singhasari menjadi kerajaan paling kuat di wilayah tersebut. Hal ini menjadi
perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan
yang bernama Meng Chi[9] ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara,
penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak untuk membayar upeti dan
mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya.
Kublai
Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293. Ketika
itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah membunuh Kertanagara. Atas saran Aria
Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu
Kertanegara, yang datang menyerahkan diri. Raden Wijaya kemudian diberi hutan
Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai
Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa "pahit" dari
buah tersebut. Ketika pasukan Mongol tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan
Mongol untuk bertempur melawan Jayakatwang. Raden Wijaya berbalik menyerang
sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya
secara kalang-kabut karena mereka berada di teritori asing.[11][12] Saat itu
juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin muson agar
dapat pulang, atau mereka harus terpaksa menunggu enam bulan lagi di pulau yang
asing.
Tanggal
pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari
penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu pada tanggal 10 November 1293. Ia
dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi
masalah. Beberapa orang terpercaya Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan
Nambi memberontak melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil.
Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang melakukan konspirasi
untuk menjatuhkan semua orang terpercaya raja, agar ia dapat mencapai posisi
tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir
(Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati.[12] Wijaya
meninggal dunia pada tahun 1309.
Anak
dan penerus Wijaya, Jayanegara, adalah penguasa yang jahat dan amoral. Ia
digelari Kala Gemet, yang berarti "penjahat lemah". Pada tahun 1328,
Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni
seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih mengundurkan diri
dari istana dan menjadi pendeta wanita. Rajapatni menunjuk anak perempuannya
Tribhuwana Wijayatunggadewi untuk menjadi ratu Majapahit. Selama kekuasaan
Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di
daerah tersebut. Tribhuwana menguasai Majapahit sampai kematian ibunya pada
tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk.
Kejayaan
Majapahit
Hayam
Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga
1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan
mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit
menguasai lebih banyak wilayah. Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah
kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut ke Palembang,[2]
menyebabkan runtuhnya sisa-sisa kerajaan Sriwijaya.
Menurut
Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi
Sumatra, semenanjung Malaya, Borneo, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku,
Papua, dan sebagian kepulauan Filipina[13]. Namun demikian, batasan alam dan
ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah
berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama
lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja[14]. Majapahit
juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan
Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok
Jatuhnya
Majapahit
Sesudah
mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah.
Tampaknya terjadi perang saudara (Perang Paregreg) pada tahun 1405-1406, antara
Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Demikian pula telah terjadi pergantian raja
yang dipertengkarkan pada tahun 1450-an, dan pemberontakan besar yang
dilancarkan oleh seorang bangsawan pada tahun 1468[7].
Dalam
tradisi Jawa ada sebuah kronogram atau candrasengkala yang berbunyi sirna ilang
kretaning bumi. Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus
dibaca sebagai 0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini
adalah “sirna hilanglah kemakmuran bumi”. Namun demikian yang sebenarnya
digambarkan oleh candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bre Kertabumi, raja
ke-11 Majapahit, oleh Girindrawardhana.
Ketika
Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai
memasuki Nusantara. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh
Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah
kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam, yaitu Kesultanan Malaka,
mulai muncul di bagian barat Nusantara.
Catatan
sejarah dari Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Italia (Pigafetta)
mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan
penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus, penguasa dari Kesultanan Demak, antara
tahun 1518 dan 1521 M.
Raja-raja
Majapahit
Berikut
adalah daftar penguasa Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode kekosongan
antara pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan Girishawardhana yang
mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yang memecahkan keluarga kerajaan
Majapahit menjadi dua kelompok.
1.
Raden Wijaya, bergelar Kertarajasa Jayawardhana (1293 - 1309)
2.
Kalagamet, bergelar Sri Jayanagara (1309 - 1328)
3.
Sri Gitarja, bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328 - 1350)
4.
Hayam Wuruk, bergelar Sri Rajasanagara (1350 - 1389)
5.
Wikramawardhana (1389 - 1429)
6.
Suhita (1429 - 1447)
7.
Kertawijaya, bergelar Brawijaya I (1447 - 1451)
8.
Rajasawardhana, bergelar Brawijaya II (1451 - 1453)
9.
Purwawisesa atau Girishawardhana, bergelar Brawijaya III (1456 - 1466)
10.
Bhre Pandansalas, atau Suraprabhawa, bergelar Brawijaya IV (1466 - 1468)
11.
Bhre Kertabumi, bergelar Brawijaya V (1468 - 1478)
12.
Girindrawardhana, bergelar Brawijaya VI (1478 - 1498)
13.
Hudhara, bergelar Brawijaya VII (1498-1518)[24]
0 comments: