Mustahil bagi siapapun yang
mempelajari kehidupan dan karakter Muhammad SAW hanya mempunyai perasaan hormat
saja terhadap Nabi mulia itu. Ia akan melampauinya sehingga meyakini bahwa
beliau adalah nabi terbesar yang diturunkan sang Pencipta." (Annie
Besant).
Manusia adalah makhluk
"terunik" yang diturunkan Allah ke muka bumi. Dibandingkan dengan
hewan, tumbuhan, jin, bahkan malaikat, manusia adalah ciptaan Allah yang paling
dinamis (QS Al-Insaan [76]: 3), paling sempurna (QS At-Tiin [95]: 4) dan
tentunya paling pintar (QS Al-Baqarah [2]: 31). Manusia adalah master of
piece Allah SWT. Tak heran bila tugas kekhalifahan tidak Allah SWT berikan
kepada makhluk lain selain manusia (QS Al-Baqarah [2]: 30).
Ternyata, di antara manusia terdapat
orang-orang pilihan yang terlahir sebagai pembawa risalah agung dari Allah SWT.
Mereka adalah para nabi dan rasul yang Allah turunkan ke bumi untuk membawa
cahaya terang bagi manusia lainnya. Jumlahnya tak kurang dari 120 ribu orang.
Sebanyak 313 dari mereka bergelar rasul. Dari jumlah itu, yang tersebut namanya
dalam Alquran ada 25 orang, yaitu: Adam, Idris, Nuh, Hud, Shalih, Ibrahim,
Luth, Yunus, Ismail, Ishaq, Ya'qub, Yusuf, Ayyub, Syu'aib, Musa, Harun, Yasa',
Dzulkifli, Daud, Sulaiman, Zakaria, Ilyas, Yahya, Isa, dan Muhammad SAW.
Islam mewajibkan setiap kita untuk
mengimani semua utusan Allah itu beserta kebenaran risalah yang dibawanya.
Allah SWT kemudian "memeras" keduapuluh lima nabi tersebut menjadi
lima orang ulul-azmi minarrusul. Mereka adalah Nuh, Ibrahim, Musa, Isa,
dan Muhammad. Allah SWT secara khusus menyebut nama mereka dalam ayat ketujuh
Surat Al-Ahzab.
"Dan Ingatlah ketika kami
mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu sendiri, dari Nuh, Ibrahim,
Musa, dan Isa Putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian
yang teguh."
Dengan kehendak-Nya, Allah SWT
memilih dua orang dari lima manusia mulia tersebut sebagai "dua
serangkai". Mereka adalah Nabi Ibrahim AS dan Rasulullah SAW. Allah SWT
memberikan gelar keistimewaan kepada Ibrahim dan Rasulullah SAW sebagai uswatun
hasanah atau teladan yang baik bagi umat manusia.
Difirmankan dalam Alquran,
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah" (QS Al-Ahzab [33]: 21).
Dalam ayat lain disebutkan pula,
"Sesungguhnya telah ada teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan
orang-orang yang bersama dengan dia" (QS Al-Mumtahanah [60]: 6).
"Sesungguhnya Ibrahim adalah
seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif.
Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): Ikutilah agama Ibrahim seorang yang
hanif dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan."
(QS An-Nahl [16]: 120-123).
Di antara keduanya, Allah SWT
akhirnya memilih Rasulullah SAW sebagai manusia paling mulia. Puncak
penghargaan Allah kepada beliau adalah dengan mengangkatnya menjadi nabi akhir
zaman. Ajaran yang dibawanya menjadi ajaran paling sempurna dan menutup ajaran
nabi-nabi sebelumnya.
Ajarannya pun tidak hanya berlaku
bagi segolongan umat, tapi berlaku bagi umat-umat setelahnya. Karena itulah,
Allah SWT menggelarinya sebagai Nabi Pembawa Rahmat bagi seluruh alam; Nabi
yang rahmatan lil 'alamin. "Dan tiadalah Kami mengutus kamu,
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam," demikian Allah
berfirman dalam QS Al-Anbiyaa [21] ayat 107.
Keagungan Rasulullah SAW
Gelar yang disandang Rasulullah SAW
sebagai manusia, sebagai nabi, rasul, ulul azmi minarrasul, uswatun hasanah,
dan pembawa rahmatan lil 'alamin, tak pelak lagi menjadikan beliau
sebagai makhluk paling mulia yang pernah diciptakan Allah SWT.
Karena posisinya yang sangat
"strategis", Allah SWT mendesain sekaligus memandu sejarah kehidupan
beliau sedemikian rupa. Penampilan fisik, ucapan, perbuatan, hingga tahap-tahap
kehidupan Rasulullah SAW, sejak dalam kandungan hingga wafat, sarat dengan
hikmat yang layak dikaji dan diteladani semua orang. Tempat beliau dilahirkan,
orang-orang yang berinteraksi dengan beliau, hingga zaman tatkala beliau hidup,
sarat dengan dinamika pembelajaran.
Sebagai implikasi dari gelar uswatun
hasanah dan rahmatan lil a'lamin, hampir semua aspek dan fungsi
kehidupan manusia pernah pula beliau dijalani. Rasulullah SAW pernah menjadi
suami, dan beliaulah suami yang paling baik terhadap istri dan anak-anaknya.
Rasul pernah menjadi pedagang, dan beliaulah pedagang yang terkenal paling
jujur. Rasul pernah pula menjadi kepala negara, dan beliau lah kepala negara
yang paling cakap, bijak, dan paling berpengaruh. Rasul pun pernah menjadi
panglima perang, pendidik, atau seorang anak.
Hebatnya, dalam setiap aspek beliau
selalu tampil sebagai yang terbaik dan tersukses. Dari kenyataan ini, sangat
beralasan bila setiap ucapan (al-hadits) dan gerak-gerik (as-sunnah)
beliau terus diabadikan. Bahkan, keduanya juga dijadikan standar perilaku
setiap Muslim hingga akhir zaman.
Tak terhitung pula tulisan sejarah
yang mengangkat perjalanan hidup Beliau, entah itu dari para cendekiawan Muslim
hingga para cendekiawan non-Muslim. Semuanya berkesimpulan: "Muhammad
adalah manusia teragung dalam sejarah manusia". Annie Besant mengatakan,
"Mustahil bagi siapapun yang mempelajari kehidupan dan karakter Muhammad
SAW hanya mempunyai perasaan hormat saja terhadap Nabi mulia itu. Ia akan
melampauinya sehingga meyakini bahwa beliau adalah manusia terbesar yang
diturunkan sang Pencipta".
Sebagai tambahan, Michael H Hart
dalam buku Seratus Tokoh menempatkan Rasulullah SAW sebagai orang yang
paling berpengaruh dalam sejarah. Thomas Carlyle dalam On Heroes, Hero,
Worship & the Heroes in History menempatkan Rasul sebagai orang
terpenting dari segi kepahlawanan. Marcus Dodds dalam Muhammad, Budha, &
Christ menempatkan Rasul sebagai tokoh paling berani secara moral. Will
Durant dalam The Story of Civilization in the World menempatkan Rasul
sebagai orang pertama dilihat dari hasil karyanya.
Demikian pula dalam Muhammad
al-Rasul wa al-Risalah, Nazame Luke menempatkan ajaran Rasul sebagai yang
paling sempurna.Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW ini, kita layak bertanya
kepada diri, "Sudahkah kita memuliakan beliau, sebagaimana para sahabat
dan salafus-shalih memuliakan dirinya? Pantaskan kita mengidolakan
seorang tokoh selain Rasulullah SAW? Wallahu a'lam bish-shawab.
0 comments: