Menurut kitab Pararaton, Ken Arok
dilahirkan di daerah yang saat ini adalah Malang pada abad ke-13. Bayi Ken Arok
ditelantarkan di sebuah makam, hingga akhirnya diasuh oleh seorang pencuri
bernama Lembong. Ken Arok Muda dikenal sebagai penjudi, hingga membebani orang
tuanya hutang yang banyak.
Pada waktu itu, Tumapel merupakan
daerah kekuasaan bawah Kerajaan Kadiri. Penguasa Tumapel adalah Tunggul
Ametung, yang memiliki istri bernama Ken Dedes. Kondisi politik Kadiri waktu
itu juga sedang kacau. Kertajaya dikenal sebagai raja yang kejam, bahkan
meminta rakyat untuk menyembahnya. Hal ini ditentang oleh para Brahmana.
Ken Arok kemudian menjadi prajurit
yang mengabdi kepada Tunggul Ametung di Tumapel. Ken Arok sangat menginginkan
menjadi raja dan memperistri Ken Dedes. Akhirnya Ken Arok memesan sebuah keris
pada Mpu Gandring untuk membunuh Tunggul Ametung. Mpu Gandring menolak
menyelesaikan pembuatan keris tersebut hingga Ken Dedes yang waktu itu
mengandung, melahirkan putranya. Ken Arok tidak mau tahu, hingga pada suatu
saat ketika mengetahui pembuatan keris belum juga selesai, Ken Arok menusuk Mpu
Gandring dengan keris yang belum jadi hingga tewas.
Sekembalinya di Tumapel, Ken Arok
merencanakan strategi selanjutnya. Ken Arok memanfaatkan Kebo Ijo, seorang
figur yang suka pamer dan menyombongkan diri. Ken Arok meminjamkan keris buatan
Mpu Gandring kepada Kebo Ijo, yang tentu saja kemudian dipamerkan ke setiap
orang. Pada suatu saat, Ken Arok membunuh Tunggung Ametung, dan rakyat Tumapel
menyalahkan Kebo Ijo.
Dalam langkahnya untuk melakukan
kudeta terhadap Tunggul Ametung, Ken Arok mendapat dukungan dari para pendeta
Hindu Wisnu yang menganggap Ken Arok dapat mengembalikan kejayaan Hindu Wisnu
Ken Arok kemudian menjadi pengganti
suksesor Tunggul Ametung dengan dukungan rakyat Tumapel. Ken Dedes pun menjadi
istri Ken Arok. Ia dimahkotai dengan gelar Sri Rajasa Batara Sang Amurwabumi.
Tak lama kemudian, Ken Dedes melahirkan puteranya hasil perkawinannya dengan
Tunggul Ametung, yang diberi nama Anusapati. Sementara itu, hasil perkawinan
Ken Arok dan Ken Dedes membuahkan anak bernama Mahesa Wong Ateleng, Panji
Saprang, Agnibhaya dan Dewi Rimbu. Dari selir bernama Ken Umang, Ken Arok
memiliki anak bernama Tohjaya, Panji Sudhatu, Panji Wergola dan Dewi Rambi.
Langkah selanjutnya adalah
penyerbuan ke pusat Kerajaan Kadiri. Ken Arok memanfaatkan situasi politik yang
kurang kondusif waktu itu, dan beraliansi dengan para brahmana karena tidak
setuju pada kehendak Sri Kertajaya yang ingin mendewakan diri dan disembah
selayaknya para dewa. Raja Kertajaya yang juga dikenal dengan nama Prabu
Dandang Gendis, akhirnya dapat dikalahkan pada tahun 1222 dalam perang Ganter,
dan sejak itu tamatlah riwayat Kerajaan Kadiri, kerajaan yang didirikan oleh
Airlangga.
Ken Arok kemudian mendirikan
kerajaan yang dikenal dengan nama Singhasari. Ia sendiri bergelar Sri Ranggah
Rajasa Bhatara Amurwabhumi, dan memerintah hanya dalam kuru waktu lima tahun
(1222 — 1227).
Ketika Anusapati telah cukup dewasa,
ia mengetahui bahwa pembunuh ayahnya (Tunggul Ametung) adalah Ken Arok. Melalui
tangan seorang pengalasan dari desa Batil, Anusapati memerintahkan pembunuhan
terhadap Ken Arok. Akhirnya pada tahun 1227 ia membunuh Ken Arok, dan kemudian
Anusapati membunuh pengalasan tersebut sebagai tindakan untuk menutup mulut.
Sang Anusapati kemudian menjadi suksesor Kerajaan Singhasari. Ken Arok
dicandikan di Kagenengan, candi ini merupakan candi tertua diantara dua[uluh
tujuh candi keluarga wangsa Rajasa, wangsa yang didirikan oleh Ken Arok yang
menjadi cikal-bakal raja raja di tanah Jawa.
0 comments: